Selasa, 05 Mei 2020

Yuni Janda Seksi Asal Malang Bikin Ketagihan

CERITA SEKS ANAK SMA NGENTOT DENGAN IBU GURU NYA YANG SANGE - GILA ...

Yuni Janda Seksi Asal Malang Bikin Ketagihan

aku memiliki pengalaman pribadi dimana aku bertemu seorang janda seksi yang berbadan singset bagai lekukan angka delapan.

awal kisah tesebut bermula ketika dimana saat seorang teman wanita yang bernama Leni. dari postur tubuhnya boleh dijamin setiap lelaki pasti terpanah melihatnya.

leni memiliki tubuh yang tinggi dan berat badannya sekitar 50 kg dengan bra yang digunakannya 36 cup B (hal tersebut aku ketahui ketika sedang melakukan ML dengan dirinya), tubuhnya wangi dan kulitnya berwarna kuning langsat. wanita kampus seperti dirinya, orang bakal tidak akan mengira bahwa dirnya itu pecinta sex bebas seperti diri saya.

sementara saya memiliki wajah yang menarik dan tubuh proposional,sehingga hal tersebut tidak menyulitkan diriku untuk mencari wanita,belum lagi ditambah penisku yang memiliki ukuran diatas rata-rata. hal tersebut sangat wajar kalau teman wanita sering mengontak diriku disaat mereka ingin melapiaskan birahinya.

Suatu hari, Leni menelpon saya. Dia cerita bahwa dia punya teman kost baru, dan cakep pula. Dia juga bilang kalau temannya itu mirip artis ternama di ibukota, yg namanya sudah terkenal. Dia janji mau mengenalkan saya ke dia. Maka kemudian saya dan Leni membuat suatu janji pertemuan di hari Sabtu.

Pada hari yg telah di janjikan, saya telah membuka sebuah kamar di daerah Juanda, dan seperti yg telah direncanakan, Leni datang membawa seorang temannya yg bernama Yuni.

“Tok.. tok.. tok..!” 3 kali saya dengar ketokan pintu, maka secara otomatis saya membukakan pintu.Begitu pintu terbuka, terlihatlah Leni yg sedang tersenyum kepada saya, dan di belakangnya tampak temannya yg akan dikenalkan ke saya. Dan benar saja, temannya itu menang benar mirip sekali dgn artis ibukota yg Leni ceritakan.

“Yun, kenalin donk.. ini loh temen aku yg aku mau kenalin ke elu.” begitu ucap Leni sambil masuk ke kamar.”Oh iya, aku yuni.. dan elu sapa..?” sapanya ramah.Saya sempat terdiam sewaktu Yuni menjulurkan tangannya, karena saya tidak habis pikir kalau cewek ini begitu cantiknya, dan saya harus dapat mencicipinya hari ini juga.

“Hmm, nama aku Aldi” begitu saya sadar, langsung saya merespon dgn julurkan tangan.Hmm, kulitnya halus juga, pikir saya. Kalau dari yg saya lihat, yuni ini sedikit lebih pendek dari Leni, tetapi dia mempunyai buah dada yg lebih besar daripada Leni. Kira-kira tingginya 162 cm, 45 kg, dan saya rasa ukuran dadanya 34C, soalnya dadanya besar sekali.

“Eh, kamu berdua jangan diem gitu donk, kasih aku minum kek..!” tiba-tiba suara Leni memecahkan kesunyian yg ada.”Oh iya, sori  tuh kamu ambil aja deh di kulkas..!” jawab saya sekenanya.”Gini..,” kata Leni.

“Temen aku yuni ini seorang janda anak satu dan menetap dibandung  tapi kamu pikir deh, umurnya baru 24 dan body-nya masih segini, ngga kecewa donk kamu aku bawain yg kaya gini.” lanjut Leni lagi.”Ah elu bisaan aja Al,” sahut Yuni dgn tersipu, sehingga tampaklah wajahnya yg sedikit memerah.Aduh.., ini membuat saya jadi horni saja.

Tiba-tiba saja Yuni menarik Leni ke kamar mandi.”Ikut aku bentar deh All..!” kata Yuni.Lalu Leni dgn terburu buru juga ikut dan sambil bicara kepada saya, “Dah kamu tiduran aja dulu di ranjang, temen aku mau bilang sesuatu kali nih ke aku.”

Tidak lama mereka keluar dari kamar mandi.”Eh sori yahh tadi sempet bikin kamu kaget.” kata yuni.”Eh, ngga apa-apa kok.” jawab saya masih bingung.”Emangnya kenapa sih tadi..?” saya masih bingung.”Udah deh kamu ngga usah tau, urusan perempuan kok barusan, yg penting sekarang kamu santai aja di ranjang kamu dan ikutin permainan aku.” timpalnya lagi.

“Wah-wah-wah, permainan apa lagi nih..?” pikir saya dalam hati.Tapi saya sudah senang sekali, apalagi saya melihat Leni tersenyum nakal ke arah saya.

Duh, saya jadi tambah horni saja deh.”Sebelum aku kasih kamu ijin, jangan sekali kali kamu sentuh aku, ok..?” kata Yuni.”Ok-ok deh..,” jawab saya meskipun saya masih agak bingung dgn arah permainannya.

Tiba-tiba saja Yuni langsung mendekati ke ranjang dan segera menciumi saya di bibir. yahh sudah otomatis saya akan merespon juga donk. Lidah kami saling ‘bergerilya’, sedangkan saya hanya boleh telentang saja di ranjang.

Kemudian ciuman Yuni turun ke leher saya, hm.. enaknya pikirku. Dijilatinnya leher saya, terus dia juga menjilati kuping saya.Tanpa sadar saya mendesah, “Ahh, enak, yun, terusin dong..!”

“Sekarang aku bukain baju kamu, tapi inget..! Tangan kamu tetep diam aja yahh, jangan sentuh aku sebelum aku kasih ijin..!” sahutnya lagi.”Aduh sengsara banget nih..! Masa mau ML tapi tangan aku ngga boleh megang-megang sih..!” pikir saya dalam hati.

dgn cepet Yuni membuka baju saya dan langsung dilempar. dgn sigapnya yuni langsung bergerilya di dada saya, bagaikan seseorang yg lama tidak mendapatkan tubuh laki-laki. Digigitnya kedua puting saya.”Ahh, enak gigitan kamu,” saya mendesah pelan.Samar-samar saya melihat Leni duduk di samping saya sambil memperhatikan wajah saya dan dia tersenyum. Cerita Dewasa Janda HOT

Tanpa sadar tangan saya mencoba mencari buah dada yuni untuk saya remas-remas. Eh tanpa saya duga, tiba-tiba saja tangan saya ditepis oleh Yuni dan Leni.”aku kan udah bilang, kalo belum aku kasih ijin jangan sentuh aku..!” kata yuni.”

Iya, kamu tuh gimana sih..?” kata Leni, “Ikutin donk permainannya Yuni..!” lanjut Leni.”yahh habis gimana donk..? Namanya juga reflek..!” timpal saya sambil mendesah dan agak kecewa.

“Pokoknya kamu sabar deh..!” kata Yuni sambil membuka celana saya.”Hmm.., CD model low cut dgn warna hitam nih..!” ujar Yuni sambil bergumam sendiri.”kamu tau aja kesukaan aku..!” kata Yuni, “Dan kamu seksi banget dgn CD warna gini, bikin aku horni juga tau..!” kalimat yuni yg terakhir sebelum dia mulai ber-‘karaoke’.”Oohh, enak, sedot lagi donk yg kuat Yun..!” kata saya sambil mendesah.

Kurang lebih 5 menit Yuni telah ber-‘karaoke’ terhadap penis saya. Kemudian yuni dgn sigapnya melepas seluruh baju, celana dan pakaian dalamnya.”Nah, sekarang kamu baru boleh sentuh aku..!” kata Yuni.Maka karena dari tadi saya sudah menahan mau nyentuh dia tapi tidak boleh, maka kesempatan ini tidak saya sia-sia kan.



Langsung saja saya rebahkan Yuni di ranjang dan gantian saya ciumi bibirnya, dan Yuni juga membalasya dgn tidak kalah ganasnya. Kemudian saya turuni ciuman saya ke daerah lehernya. Hmm, lehernya yg bersih itu saya ciumi dan saya jilati. Samar-samar saya mendengar Yuni mulai mendesah.

Kali ini saya turun ke buah dadanya, saya menjilati dulu pinggirnya secara bergantian, dari kanan ke kiri. Tetapi saya tidak menyentuh sedikit pun putingnya Yuni.Dan Yuni kemudian bicara, “Ayo donk isepin puting aku, please..!”

“Wah ini saatnya balas dendam nih..!” pikir saya dalam hati.”Hah..? kamu minta diisepin puting kamu, sabar yahh sebelum aku mood, aku ngga bakal isep puting kamu..!” jawab saya sambil tersenyum.Saya lihat Leni juga ikut tersenyum melihat temannya terkapar pasrah.

Tidak lama setelah saya memainkan buah dadanya, saya turun ke vaginanya. Tampaklah bulu-bulu vagina Yuni yg begitu halus dan dicukur rapih. dgn sigap saya langsung menghisap vagina Yuni.”Ohh.., ohh.., enakk..! Terusin donk Sayaang..!” sahut Yuni sambil mendesah.Kalimat itu membuat saya tambah semangat, maka saya tambah liar untuk menghisap vaginanya.

“Sayaang, aku mau keluar,” lirih Yuni.Dan tiba-tiba saja cairan vagina Yuni keluar diiringin teriakan dari Yuni yg kemudian saya telan semua cairan vagina Yuni.”Duh Say, kamu kok hebat sih maenin memekku..?” tanya yuni.yg saya lakukan hanya tersenyum saja.

“Please donk, masukin punya kamu sekarang..!” pinta Yuni dgn memelas.”Nanti dulu, puting kamu belum aku hisap..!” jawab saya.Maka dgn cepat langsung puting yg berwarna coklat muda itu saya hisap dgn kencanganya secara bergantian, kiri dan kanan. Cerita Mesum dengan Janda

“Ahh, enakk Sayaang, terusin..! Tambah kenceng donk..!” teriak yuni.Hmm, mendengar suara cewek lagi terangsang begitu membuat saya tambah horni lagi, apalagi si ‘adik’ sudah dari tadi menunggu giliran ‘masuk’. Maka langsung saja saya memasukkan penis saya ke vaginanya.”Shit..! Sempit banget nih memek..!” pikir saya dalam hati.


BACA JUGA >>>> Ku Setubuhi Pembantuku Yang Lugu

Setelah sedikit bersusah payah, akhirnya masuk juga barang saya ke vaginanya.”Gila bener Yun, barang kamu enak dan sempit banget sih..?” jawab saya dgn napas yg mulai tidak teratur.Dan kalimat saya dibalas dgn senyum oleh yuni yg sedang merem melek.

Begitu masuk, langsung saya goygkan. yg ada hanya suara Yuni yg terus mendesah dan teriak.”Ahh terus Sayaang, tambah cepet donk..!”Dan sekilas di samping saya tampak Leni sedang meremas-remas buah dadanya sendiri.

“Sabar All, akan tiba giliran kamu, sekarang aku beresin dulu temen kamu ini..!” jawab saya sambil sambil menggoygkan Yuni.Leni hanya dapat menganggukan kepala, soalnya dia tahu ini bagian dalam permainan yg mereka buat, jadi Leni juga tidak boleh ikut sedikit pun dalam permainan saya dan yuni.

Tidak lama kemudian Yuni minta gantian posisi, kali ini dia mau di atas.”aku cepet keluar kalo di atas..!” katanya Santai.Kami pun berganti posisi. Berhubung Yuni tadi sudah keluar, maka kali ini ketika kami ‘main’ vagina Yuni sudah becek.”Ahh.., enakk.., barang lo berasa banget sih..!” jawab yuni sambil merem melek.

5 menit kemudian Yuni teriak, “Ahh.., aku keluar lagi..!” dan dia langsung jatuh ke pelukan saya.Tetapi saya kan belum keluar, wah tidak begini caranya nih. Ya sudah akhirnya saya gantian dgn gaya doggy.Kali ini kembali Yuni menjerit, “Terusiin Sayaang..!”Tidak lama kemudian saya merasa kalau saya sudah mau keluar.”Yun, mau keluarin dimana..?” tanya saya.”Di muka aku aja.” jawabnya cepat. Jackpot DominoQQ

Kemudian, “Croott.., crott..!” sperma saya saya keluarkan di wajah Yuni.Kemudian Yuni dgn cepat membersihkan penis saya, bahkan saya saja sampai ngilu dgn hisapannya. Tidak lama saya pun jatuh lemas di sampingnya.

Dan saya tetep melihat Leni tetap meremas dadanya dan dia pun melihat saya dgn tatapan ingin mendapat perlakuaan yg sama seperti temannya.

“All, ke kamar mandi dulu yuk, aku mau bersih-bersih nih..!” jawab saya sambil mengajak Leni.Kemudian Leni dgn cepat menarik saya ke kamar mandi. Di kamar mandi kami saling membersihkan satu sama lain.”All, aku istirahat dulu yahh, aku cape banget soalnya,” timpal saya dgn suara lemas karena horni tapi penuh dgn kebahagiaan.

“Ok deh, tapi jangan lama-lama yahh, aku udah ngga tahan nih, horni banget..!” jawab Leni sambil membersihkan penis saya.....

Dengan Mahasisiwi Falkutas Kedokteran Medan

KISAH WANITA MALAM PEMUAS NAFSU : 2019

Dengan Mahasisiwi Falkutas Kedokteran Medan


Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di kota medan.sekarang duduk di semester 7..saya tinggal di daerah medan tuntungan.tinggi saya 164 berat 60 kg dan dapat digolongkan gemuk. Saya mempunyai tetangga namanya Nita seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di medan dia mengambil jurusan kedokteran.

sudahlah lupakan siapa saya dan Nita. Ini peristiwa terjadi setahun yang lalu begini ceritanya. Pada hari sabtu pukul 14:30 saya berdiri didepan rumah saya lalu saya dipanggil oleh Nita. Nita ada apa jawabku abang bisa bantu kami kata Nita bantu apa kalau bisa pasti aku bantu jawabku setelah itu aku diajak kedalam rumahnya dan didalam rumahnya telah ada dua orang temannya lalu aku diperkenalkannya Neni dan Wati (samaran).

lalu kami bercerita dan bercanda kemudian aku bertanya kalian mau minta bantu apa nih kataku begini bang kami dapat tugas dari dosen mata kuliah anatomi.tugas ini sangat berat menurut kami ,kami harus mempelajari anatomi lawan jenis kami kata Nita sambil menyodorkan kertas yang berisi daftar yang akan di periksa. Alangkah terkejutnya aku begitu aku baca isi daftar tersebut adapun dafatar tersebut adalah tinggi berat panjang lengan panjang kaki ukuran penis ketika tegang dan mengambil sperma itu semua dilakukan dalam keadaan telanjang.

jadi aku mau kalian jadi kan objeknya ya,maaf ya ini perkerjaan gila kataku tolonglah bang kata Nita di ikuti dengan kawan nya memohon agar aku bisa membantu pekerjaan mereka. pokoknya engggak kataku kami kasih Rp 1 juta kalau abang mau kata Nita berapapun kalian kasih aku enggak mau kataku. Dalam hati sebenarnya aku mau dan aku terdiam sejenak dan sambil berpikiri ok aku mau tapi dengan syarat kataku syaratnya apa bang kata mereka dengan semangat syaratnya ialah kalian memeriksaku satu persatu dan dalam keadaan telanjang kataku ah jangan lah bang,yang lain aja lah syaratnya kata Nita ini mungkin syarat terakhir kalau kalian mau ok kita laksanakan ,kalau enggak ya enggak jadi.syaratnya seperti tadi tapi kalian enggak usah telanjang tapi hanya pakai cd (celana dalam) saja,malu lah aku kalau aku telanjang kalian enggak kataku

kemudian mereka terdiam sejanak dan berpikir dan entah apa yang dipikirkan mereka lalu oklah bang dari pada tugas kami enggak selesai kami mau denngan syarat tersebut kata Nita kemudian setelah selesai negosiasi aku pun mandi kekamar mandinya dan masuk kekamar dengan hanya mengunakan handuk,mereka bertiga masih diluar kamar dan berbincang bincang entah apa yang mereka bincang kan lalu masuk Nita kekamar dengan membawa peralatan yang diperlukan. Lalu Nita melepaskan satu persatu pakaiannya dan hanya cd putih yang melekat di tubuh Nita yang putih dan mulus tersebut. Lalu didekatinya aku dan terlihat dengan jelas dua buah bukit kembar yang besar (tinggi Nita 165 dan berat 60)dan ditengah tengahnya ada puting berwarna kecoklatan.

lalu dilakukanlah tugasnya mengukur tubuhku dan yang paling menegangkan ialah ketika mengukur penisku yang menegang kulihat dengan jelas wajah Nita kemerah merahan ketika memegang penisku. Alangkah nikmatnya penis ini ketika dipegang Nita wow serasa melayang. Kemudian saatnya pengambilan sperma aku disuruh Nita untuk menelurkan sperma lalu kuusahakan lah melakukan onani didepanya lalu serasa sulit. Kemudian Ta payah nih keluarnya tolong dong keluari kataku gimana aku bisa bantu kata Nita tolonglah kamu kocok kan kataku dengan berat hati lalu Nita melakukan apa yang aku perintahkan.

sudah 3 menit enggak keluar juga itu sperma. Lalu aku cari lagi cara yang lain Ta kamu harus bantu dengan cara lain nih kataku cara lain gimana kata Nita kamu harus tidur telentang atau telungkup sama aja kataku lalu Nita tidurlah dengan cara telungkup. Kemudian tubuh indah itu aku tindih. kontolku tepat disela pantanya yang woow tersebut lalu aku gesek gesekkan ketengah pantatnya yang masih bercd putih tersebut dan tiba tiba Nita membalikkan tubuhnya.wow didepan mataku tersaji buah dada yang indah dan badanku telah menimpa tubuhnya kontolku tepat diatas vagiannya yang masih terbalut cd.
lalu kuturunkan badanku sedikit aku enggak mau merusak perawan anak tetangga yang beda agama. Jadi kontolku tepat dibawah vaginanya dan dijepit oleh dua paha mulusnya. Woow dijepit pahanya aja begitu nikmat gimana lagi kalau otot vaginanya menjepit penisku. Bibirku menikmati puting dan buah dadanya yang indah. Nita mengerang kenikmatanahhhh..ahhhh bang. Tiba-tiba pusarku terasa basah wehhh ternyata Nita mengalami orgasme.

lalu kulanjutkan aksiku terhadap Nita dan akhinya Nita mengatakan aku mau keluar nih cepet Ta kataku lalu aku mengangkat tubuhku dari tubuh Nita dan Nita mengambil tabung yang telah steril dan cret.cret..wow aku akhirnya mengalami orgasme dan setelah itu Nita lalu mengenakan pakaianya kembali dengan cd yang masih basah oleh spermanya sendiri dan dengan jelas terbayang vagina yang tebal tersebut terbaluti oleh cd. Mungkin inilah pertama sekali aku melihat vagina wanita dewasa walaupun sedikit samar samar.

lalu Nita keluar dari kamar. Cerita dengan Neni dan Wati akan saya sambung nanti.
Mahasiswi Kedokteran (2)

setelah Nita keluar dari kamar lalu masuk lah si Neni. Dengan membawa peralatan seperti Nita tadi. Kemudian dia melepaskan pakaiannya satu per satu aku yang tengah terbaring memperhatikan dengan serius ketika dia melepaskan pakaiannya satu persatu Neni tidak cantik dan dapat dikatakan jeleklah tubuhnya agak kurus dan dadanya sepertinya turun tidak seperti Nita yang besar dan menantang. Kemudian dia mendekatiku dan melakukan tugasnya seperti Nita tadi,ketika dia memeriksa tubuhku kuperhatikan wajahnya seperti tidak senang dan sedikit cemberut apa semua cewek seperti ini sifatnya seperti ini dalam hati ku berkata. Senjataku masih berdiri tetapi tidak setegang ketika diperiksa Nita mungkin perasaan senang dan tidak senang mempengaruhi kondisi senjataku. Lalu saatnya pengeluaran sperma sama seperi Nita tadi ku suruh dia mengocokkan senjataku alamak ternyata dia enggak mau lalu aku ancam kalau kau enggak mau ya udah enggak usah aja aku kan enggak maksa kalian kataku. Eh ternyata dia mau dan dilakaukannya lah eh dalam sekejap saja spermaku keluar. Mungkin dapat dikatakan waktu yang dibutuhkan Nita untuk memeriksaku hanya 1/3 dari waktu yang dibutuhkan Nita.

entahlah mungkin senjataku sulit mungeluarkan pelurunya kalau melihat cewek cantik kalau cewek jelek dan sombong sebentar aja selesai. Kemudian Neni mengenakan pakaiannya kembali dan keluar.

Kemudian masuklah Wati dengan senyum dan sambil menyapa kini giliran kukatanya dengan semangat. Mak ketika aku melihat cewek seperti ini lihat semangatnya aja senjataku langsung spot. Lalu dilepaskannya pakaiannya satu persatu alamak indahnya bodi cewek ini dalam hatiku sambil menelan air liur tau enggak pembaca bagaimana ciri-ciri Wati orangnya sedikit gemuk dan sintal dengan buah dada mungkin enggak cocok untuk bodi sepertinya buah dadanya besarlah aku enggak tau ukurannya tapi besarlah dan putih walau wajahnya enggak cantik (seperti cewek karo)tapi pantatnya mak bahenol kali dan aku bilang aja padat dan berisi.

dapat anda bayangkan gimanalah dengan rambut sebahu dan orangnya suka senyum walaupun aku baru kenal. Lalu di lakukanlah tugasnya seperti temannya tadi ketika masalah ukur mengukur tubuh dan menimbnang aku turun dari ranjang setelah itu saatnya pengeluaran sperma. Aku tidur terlentang. lalu dia berkata gimana nih bang aku mau mengambil sample sperma aku menjawab ya terserah kamu lah gimana caranya. Senjatku terus menegang karena suasananya menyenangkan hatiku dan orangnya suka ketawa ketika memeriksa. lalu Wati duduk dipahaku woow terasa sekali daging empuknya menimpa paha lalu senjataku dikocoknya lalu dikulumnya alamak geli kali rasanya.

aku kira Wati ini suka oral sek.
setelah dikocok dan dikulumnya lalu Wati berhenti dan tiba tiba melepaskan cdnya wowwwwwww aku serasa enggak percaya melihat itu benda dalam hatiku baru sekali ini aku memperhatikan dengan jelas yang namanya barang setupuk dengan sebuah daging kecil seperi kacang di medan itu di sebut itil dan tiba tiba dia menempelkan vaginanya di senjataku. Tanpa pikir panjang lalu kubalikkan posisi dia di bawah aku diatas lalu kukulum bibirnya mak dibalasnya dan senjataku kutekan tekan kedalam senggamanya bibirku setelah mengulum bibirnya beralih kegunung kembarnya wooooow kenyalnya terus kunikmati itu bibir dan kontolku telah mulai masuk kedalam vaginanya yang sempit sedikit demi sedikit mulutku terus memikmati itu tetek dan tiba-tiba tetek itu terasa mengeras tidak seperti tadi yang begitu lembut dan putingnya berkilat kecoklatan dan kemudian kedua kakinya mengapit kakiku dengan posisi aku di atas dan dia dibawah dan tanganya denga erat memeluk tubuhku ban..bang aku mau .mau keluar katanya sebentar aku juga mau keluar jawabku ketika hampir puncaknya aku cabut itu senjata dari vagina dan Wati langsung mengambil tabung dan menampung spermaku didalam tabung itu.setelah selesai Wati bukanya mau keluar mak dia mencium bibrku dan terjadi lagilah persetubuhan tersebut hingga 3 kali dalam 45 menit.entah berapa banyak spermaku terbuah selama 1 jam setengah ketika diperiksa ketiga mahasiswi tersebut.

Jumat, 01 Mei 2020

Perselingkuhan Ku Dengan Mertua



Perselingkuhan Ku Dengan Mertua


Sudah dua tahun ini aku menikah dengan Amel, dia seorang model iklan dan enam bulan lalu, dia menjadi seorang bintang sinetron, sementara aku sendiri adalah seorang wiraswasta di bidang pompa bensin. Usiaku kini 32 tahun, sedangkan Amel usia 21 tahun. Amel seorang yang cantik dengan kulit yang putih bersih mungkin karena keturunan dari ibunya. Aku pun bangga mempunyai istri secantik dia. Ibunya Amel, mertuaku, sebut saja Mama Melisa, orangnya pun cantik walau usianya sudah 39-tahun. Mama Melisa merupakan istri ketiga dari seorang pejabat negara ini, karena istri ketiga jadi suaminya jarang ada di rumah, paling-paling sebulan sekali. Sehingga Mama Melisa bersibuk diri dengan berjualan berlian.

Aku tinggal bersama istriku di rumah ibunya, walau aku sndiri punya rumah tapi karena menurut istriku, ibunya sering kesepian maka aku tinggal di “Pondok Mertua Indah”. Aku yang sibuk sekali dengan bisnisku, sementara Mama Melisa juga sibuk, kami jadi kurang banyak berkomunikasi tapi sejak istriku jadi bintang sinetron 6 bulan lalu, aku dan Mama Melisa jadi semakin akrab malahan kami sekarang sering melakukan hubungan suami istri, inilah ceritanya.

Sejak istriku sibuk syuting sinetron, dia banyak pergi keluar kota, otomatis aku dan mertuaku sering berdua di rumah, karena memang kami tidak punya pembantu. Tiga bulan lalu, ketika istriku pergi ke Jogja, setelah kuantar istriku ke stasiun kereta api, aku mampir ke rumah pribadiku dan baru kembali ke rumah mertuaku kira-kira jam 11.00 malam. Ketika aku masuk ke rumah aku terkaget, rupanya mertuaku belum tidur. Dia sedang menonton TV di ruang keluarga.

“Eh, Mama.. belum tidur..”
“Belum, Dri.. saya takut tidur kalau di rumah belum ada orang..”
“Oh, Maaf Ma, saya tadi mampir ke rumah dulu.. jadi agak telat..”
“Amel.. pulangnya kapan?”
“Ya.. kira-kira hari Rabu, Ma.. Oh.. sudah malam Ma, saya tidur dulu..”
“Ok.. Dri, selamat tidur..”

Kutinggal Mama Melisa yang masih nonton TV, aku masuk ke kamarku, lalu tidur. Keesokannya, Sabtu Pagi ketika aku terbangun dan menuju ke kamar makan kulihat Mama Melisa sudah mempersiapkan sarapan yang rupanya nasi goreng, makanan favoritku.

“Selamat Pagi, Dri..”
“Pagi.. Ma, wah Mama tau aja masakan kesukaan saya.”
“Kamu hari ini mau kemana Dri?”
“Tidak kemana-mana, Ma.. paling cuci mobil..”
“Bisa antar Mama, Mama mau antar pesanan berlian.”
“Ok.. Ma..”

Hari itu aku menemani Mama pergi antar pesanan dimana kami pergi dari jam 09.00 sampai jam 07.00 malam. Selama perjalanan, Mama menceritakan bahwa dia merasa kesepian sejak Amel makin sibuk dengan dirinya sendiri dimana suaminya pun jarang datang, untungnya ada diriku walaupun baru malam bisa berjumpa. Sejak itulah aku jadi akrab dengan Mama Melisa.

Sampai di rumah setelah berpergian seharian dan setelah mandi, aku dan Mama nonton TV bersama-sama, dia mengenakan baju tidur modelnya baju handuk sedangkan aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Tiba-tiba Mama menyuruhku untuk memijat dirinya.

“Dri, kamu capek nggak, tolong pijatin leher Mama ya.. habis pegal banget nih..”
“Dimana Ma?”
“Sini.. Leher dan punggung Mama..”

Aku lalu berdiri sementara Mama Melisa duduk di sofa, aku mulai memijat lehernya, pada awalnya perasaanku biasa tapi lama-lama aku terangsang juga ketika kulit lehernya yang putih bersih dan mulus kupijat dengan lembut terutama ketika kerah baju tidurnya diturunkan makin ke bawah dimana rupanya Mama Melisa tidak mengenakan BH dan payudaranya yang cukup menantang terintip dari punggungnya olehku dan juga wangi tubuhnya yang sangat menusuk hidungku.

“Maaf, Ma.. punggung Mama juga dipijat..”
“Iya.. di situ juga pegal..”

Dengan rasa sungkan tanganku makin merasuk ke punggungnya sehingga nafasku mengenai lehernya yang putih, bersih dan mulus serta berbulu halus. Tiba-tiba Mama berpaling ke arahku dan mencium bibirku dengan bibirnya yang mungil nan lembut, rupanya Mama Melisa juga sudah mulai terangsang. “Dri, Mama kesepian.. Mama membutuhkanmu..” Aku tidak menjawab karena Mama memasukkan lidahnya ke mulutku dan lidah kami bertautan. Tanganku yang ada di punggungnya ditarik ke arah payudaranya sehingga putingnya dan payudaranya yang kenyal tersentuh tanganku. Hal ini membuatku semakin terangsang, dan aku lalu merubah posisiku, dari belakang sofa, aku sekarang berhadapan dengan Mama Melisa yang telah meloloskan bajunya sehingga payudaranya terlihat jelas olehku.

Aku tertegun, rupanya tubuh Mama Melisa lebih bagus dari milik anaknya sendiri, istriku. Aku baru pertama kali ini melihat tubuh ibu mertuaku yang topless.

“Dri, koq bengong, khan Mama sudah bilang, Mama kesepian..”
“iya.. iya.. iya Mah,”

Ditariknya tanganku sehingga aku terjatuh di atas tubuhnya, lalu bibirku dikecupnya kembali. Aku yang terangsang membalasnya dengan memasukkan lidahku ke mulutnya. Lidahku disedot di dalam mulutnya. Tanganku mulai bergerilya pada payudaranya. Payudaranya yang berukuran 36B sudah kuremas-remas, putingnya kupelintir yang membuat Mama Melisa menggoyangkan tubuhnya karena keenakan. Tangannya yang mungil memegang batangku yang masih ada di balilk celana pendekku. Diusap-usapnya hingga batangku mulai mengeras dan celana pendekku mulai diturunkan sedikit, setelah itu tangannya mulai mengorek di balik celana dalamku sehingga tersentuhlah kepala kontolku dengan tangannya yang lembut yang membuatku gelisah.


Keringat kami mulai bercucuran, payudaranya sudah tidak terpegang lagi tanganku tapi mulutku sudah mulai menari-nari di payudaranya, putingnya kugigit, kuhisap dan kukenyot sehingga Mama Melisa kelojotan, sementara batangku sudah dikocok oleh tangannya sehingga makin mengeras. Tanganku mulai meraba-raba celana dalamnya, dari sela-sela celana dan pahanya yang putih mulus kuraba vaginanya yang berbulu lebat. Sesekali kumasuki jariku pada liang vaginanya yang membuat dirinya makin mengelinjang dan makin mempercepat kocokan tangannya pada batangku.

Hampir 10 menit lamanya setelah vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar dengan berbau harum, kulepaskan tanganku dari vaginanya dan Mama Melisa melepaskan tangannya dari batangku yang sudah keras. Mama Melisa lalu berdiri di hadapanku, dilepaskannya baju tidurnya dan celana dalamnya sehingga aku melihatnya dengan jelas tubuh Mama Melisa yang bugil dimana tubuhnya sangat indah dengan tubuh tinggi 167 cm, payudara berukuran 36B dan vagina yang berbentuk huruf V dengan berbulu lebat, membuatku menahan ludah ketika memandanginya.

“Dri, ayo.. puasin Mama..”
“Ma.. tubuh Mama bagus sekali, lebih bagus dari tubuhnya Amel..”
“Ah.. masa sih..”
“Iya, Ma.. kalau tau dari 2 tahun lalu, mungkin Mamalah yang saya nikahi..”
“Ah.. kamu bisa aja..”
“Iya.. Ma.. bener deh..”
“Iya sekarang.. puasin Mama dulu.. yang penting khan kamu bisa menikmati Mama sekarang..”
“Kalau Mama bisa memuaskan saya, saya akan kawini Mama..”

Mama lalu duduk lagi, celana dalamku diturunkan sehingga batangku sudah dalam genggamannya, walau tidak terpegang semua karena batangku yang besar tapi tangannya yang lembut sangat mengasyikan.

“Dri, batangmu besar sekali, pasti Amel puas yach.”
“Ah.. nggak. Amel.. biasa aja Ma..”
“Ya.. kalau gitu kamu harus puasin Mama yah..”
“Ok.. Mah..”

Mulut mungil Mama Melisa sudah menyentuh kepala batangku, dijilatnya dengan lembut, rasa lidahnya membuat diriku kelojotan, kepalanya kuusap dengan lembut. Batangku mulai dijilatnya sampai biji pelerku, Mama Melisa mencoba memasukkan batangku yang besar ke dalam mulutnya yang mungil tapi tidak bisa, akhirnya hanya bisa masuk kepala batangku saja dalam mulutnya.

Hal ini pun sudah membuatku kelojotan, saking nikmatnya lidah Mama Melisa menyentuh batangku dengan lembut. Hampir 15 menit lamanya batangku dihisap membuatnya agak basah oleh ludah Mama Melisa yang sudah tampak kelelahan menjilat batangku dan membuatku semakin mengguncang keenakan. Setelah itu Mama Melisa duduk di Sofa dan sekarang aku yang jongkok di hadapannya. Kedua kakinya kuangkat dan kuletakkan di bahuku. Memek Mama Melisa terpampang di hadapanku dengan jarak sekitar 50 cm dari wajahku, tapi bau harum menyegarkan dari memeknya Mama Melisa menusuk hidungku.

“Ma, Vagina Mama wangi sekali, pasti rasanya enak sekali yah.”
“Ah, masa sih Dri, wangi mana dibanding punya Amel dari punya Mama.”
“Jelas lebih wangi punya mama dong..”
“Aaakkhh..”

Vagina Mama Melisa telah kusentuh dengan lidahku. Kujilat lembut liang vagina Mama Melisa, vagina Mama Melisa rasanya sangat menyegarkan dan manis membuatku makin menjadi-jadi memberi jilatan pada vaginanya.

“Ma, vagina.. Mama sedap sekali.. rasanya segar..”
“Iyaah.. Dri, terus.. Dri.. Mama baru kali ini vaginanya dijilatin.. ohh.. terus.. sayang..”

Vagina itu makin kutusuk dengan lidahku dan sampai juga pada klitorisnya yang rasanya juga sangat legit dan menyegarkan. Lidahku kuputar dalam vaginanya, biji klitorisnya kujepit di lidahku lalu kuhisap sarinya yang membuat Mama Melisa menjerit keenakan dan tubuhnya menggelepar ke kanan ke kiri di atas sofa seperti cacing kepanasan. “Ahh.. ahh.. oghh oghh.. awww.. argh.. arghh.. lidahmu Dri.. agh, eena.. enakkhh.. aahh.. trus.. trus..” Klitoris Mama Melisa yang manis sudah habis kusedot sampai berulang-ulang, tubuh Mama Melisa sampai terpelintir di atas sofa, hal itu kulakukan hampir 30 menit dan dari vaginanya sudah mengeluarkan cairan putih bening kental dan rasanya manis juga, cairan itupun dengan cepat kuhisap dan kujilat sampai habis sehingga tidak ada sisa baik di vaginanya maupun paha mama Melisa.

“Ahg.. agh.. Dri.. argh.. akh.. aku.. keluar.. nih.. ka.. kamu.. hebat ..” Mama Melisa langsung ambruk di atas sofa dengan lemas tak berdaya, sementara aku yang merasa segar setelah menelan cairan vagina Mama Melisa, langsung berdiri dan dengan cepat kutempelkan batang kemaluanku yang dari 30 menit lalu sudah tegang dan keras tepat pada liang vagina Mama Melisa yang sudah kering dari cairan. Mama Melisa melebarkan kakinya sehingga memudahkanku menekan batangku ke dalam vaginanya, tapi yang aku rasakan liang vagina Mama Melisa terasa sempit, aku pun keheranan.

“Ma.. vagina Mama kok sempit yah.. kayak memeknya anak gadis.”
“Kenapa memangnya Dri, nggak enak yah..”
“Justru itu Ma, Mama punya sempit kayak punya gadis. Saya senang Ma, karena vagina Amel sudah agak lebar, Mama hebat, pasti Mama rawat yah?”
“Iya, sayang.. walau Mama jarang ditusuk, memeknya harus Mama rawat sebaik-baiknya, toh kamu juga yang masukin ke memek nya mama..”
“Iya Ma, saya senang bisa bercumbu di memeknya Mama yang sedaap ini..”
“Akhh.. batangmu besar sekali..”

Vagina Mama Melisa sudah terterobos juga oleh batang kemaluanku yang diameternya 4 cm dan panjangnya 28 cm, setelah 6 kali kuberikan tekanan.

Pinggulku kugerakan maju-mundur menekan vagina Mama Melisa yang sudah tertusuk oleh batangku, Mama Melisa hanya bisa menahan rasa sakit yang enak dengan memejamkan mata dan melenguh kenikmatan, badannya digoyangkan membuatku semakin semangat menggenjotnya hingga sampai semua batangku masuk ke vaginanya. “Dri.. nggehh.. ngghh.. batangmu menusuk sampai ke perut.. nich.. agghh.. agghh.. aahh.. eenaakkhh..” Aku pun merasa keheranan karena pada saat masukkan kontolku ke memeknya Mama Melisa terasa sempit, tapi sekarang bisa sampai tembus ke perutnya. Payudara Mama Melisa yang ranum dan terbungkus kulit yang putih bersih dihiasi puting kecil kemerahan sudah kuterkam dengan mulutku. Payudara itu sudah kuhisap, kujilat, kugigit dan kukenyot sampai putingnya mengeras seperti batu kerikil dan Mama Melisa belingsatan, tangannya membekap kepalaku di payudaranya sedangkan vaginanya terhujam keras oleh batangku selama hampir 1 jam lamanya yang tiba-tiba Mama Melisa berteriak dengan lenguhan karena cairan telah keluar dari vaginanya membasahi batangku yang masih di dalam vaginanya, saking banyaknya cairan itu sampai membasahi pahanya dan pahaku hingga berasa lengket.

“Arrgghh.. argghh.. aakkhh.. Mama.. keluar nih Dri.. kamu belum yah..?” Aku tidak menjawab karena tubuhnya kuputar dari posisi terlentang dan sekarang posisi menungging dimana batangku masih tertancap dengan kerasnya di dalam vagina Mama Melisa, sedangkan dia sudah lemas tak berdaya. Kuhujam vagina Mama Melisa berkali-kali sementara Mama Melisa yang sudah lemas seakan tidak bergerak menerima hujaman batangku, Payudaranya kutangkap dari belakang dan kuremas-remas, punggungnya kujilat. Hal ini kulakukan sampai 1 jam kemudian di saat Mama Melisa meledak lagi mengeluarkan cairan untuk yang kedua kalinya, sedangkan aku mencapai puncak juga dimana cairanku kubuang dalam vagina Mama Melisa hingga banjir ke kain sofa saking banyaknya cairanku yang keluar. “Akhh.. akh.. Ma, Vagina Mama luar biasa sekali..” Aku pun ambruk setelah hampir 2,5 jam merasakan nikmatnya vagina mertuaku, yang memang nikmat, meniban tubuh Mama Melisa yang sudah lemas lebih dulu.

Aku dan Mama terbangun sekitar jam 12.30 malam dan kami pindah tidur ke kamar Mama Melisa, setelah terbaring di sebelah Mama dimana kami masih sama-sama bugil karena baju kami ada di sofa, Mama Melisa memelukku dan mencium pipiku.

“Dri, Mama benar-benar puas dech, Mama pingin kapan-kapan coba lagi kontolmu yang gede itu, boleh khan..”
“Boleh Ma, saya pun juga puas bisa mencoba memek Mama dan sekarangpun yang saya inginkan setiap malam bisa tidur sama Mama jika Amel nggak pulang.”
“Iya, Dri.. kamu mau ngeloni Mama kalau Amel pergi?”
“Iya Ma, memeknya Mama nikmat sih.”
“Air manimu hangat sekali Dri, berasa dech waktu masuk di dalam vagina Mama.”
“Kita Main lagi Ma..?”
“Iya boleh..”

Kami pun bermain dalam nafsu birahi lagi di tempat tidur Mama hingga menjelang ayam berkokok baru kami tidur. Mulai hari itu aku selalu tidur di kamar Mama jika istriku ada syuting di luar kota dan ini berlangsung sampai sekarang.






Rabu, 29 April 2020

Melepas Perawan Bersama Supir Pribadi


Melepas Perawan Bersama Supir Pribadi


Aku ingin menceritakan pengalaman berkesanku dan aku lakukan pertama kalinya perkenalkan namaku Fitri mahasiswi perguruan tinggi di Bandung. Saat malam hari aku sendirian di rumah ayahku masih di kantor sedangkan ibuku ikut seminar dan di rumah hanya aku dan sopirku di tambah pembantuku.

Sopirku bernama Yudha  dia usianya 32 tahun dan sudah menikah tetapi istrinya tinggal di Palembang. Aku merasakan kecapekan setelah seharian aku jalan-jalan dan aku ingin sekali tidur tetapi entah mengapa aku tidak bisa memejamkan mataku ini lalu aku mempunyai ide untuk menelepon temanku Dewi untuk aku ajak ngobrol melalui telepon.

Telepon Dewi angkat awalnya kami ngobrol biasa saja tetapi tidak tahu kenapa tiba-tiba Dewi nafasnya memburu dan terdengar teriakan-teriakan juga suara seorang cowok yang seperti suara pacar Dewi. Aku hanya memdengar suara-suara teriakan kesakitan tetapi juga seperti merasakan sesuatu kenikmatan dan teleponpun terputus dengan sendirinya.

Pikiranku melayang kemana-mana dan aku mulai memikirkan tentang seseorang yang sedang berhubungan badan. Aku semakin terangasang setelah mendengar suara Dewi juga khayalanku sendiri dan akupun membuka kaos ketatku, bra, serta celana dalam aku meremas payudaraku dan memasukkan jariku ke vaginaku.

Aku kocok vaginaku hingga aku pun menyapai orgasme ditempat tidur, aku merasa puas dan akupun memakai bajuku lalu merencanakan untuk pergi makan.

Aku cari sopirku kemana-mana tetapi tidak ada hingga aku temukan dia dikamar tidurnya, dia tertidur pulas dengan hanya mengunakan kaos tanpa lengan dan sarung.

Aku mau membangunkan dia tetapi melihat dia tertidur pulas akupun mengurungkan niatku untuk membangunkan dia, kasihan dia kecapekan setelah mengantar aku seharian jalan-jalan pikirku.

Sebelum aku meninggalkan kamarnya mataku tiba-tiba tertuju pada tonjolan yang ada dibalik sarungnya sehingga membuat aku ingin mengetahui bagaimana wujud tonjolan itu.

Aku beranikan diri untuk melihat tonjolan itu dari bawah lalu aku singkapkan sarungnya secara perlahan, aku terkejut melihatnya karena dia tidak memakai celana dalam sehinnga aku bisa melihat dengan leluasa penis yang agak berdiri dan membuat aku ingin memegang, mengelus, dan mengulumnya.

Aku ingin sekali memegangnya tetapi aku takut sopirku nanti terbangun dan dia akan marah terhadapku, dengan tangan yang gemetaran juga dingin dan jantung yang berdetak kencang aku beranikan diri untuk memegangnya.

Aku singkapkan sarungnya lebih keatas dan akupun mulai memegangnya, terasa hangat dan membuat tanganku yang tadinya dingin menjadi hangat.

Aku semakin tertarik untuk menikmatinya lagi, aku elus berkali-kali penisnya hingga berdiri dan semakin panjang penis itu. Jantungku semakin berdetak kencang tetapi keinginanku untuk melakukan yang lebih lagi juga semakin besar maka ku putuskan untuk mencoba mengulumnya.

Ku jilati serta memberikan gigitan kecil pada buah pelirnya yang berwarna kecoklatan hingga membuat aku makin bernafsu dan sedikit demi sedikit aku mulai menuju penis yang telah berdiri.

Aku masukkan secara perlahan terasa hangat yang disertai rasa asin dan masuklah penis itu sampai pada ujung tenggorokanku, aku coba masuk dan keluarkan sehingga membuat tubuhku mengeluarkan keringat yang di ikuti rasa gemetaran.

Payudaraku terasa semakin membesar dan mengeras sehingga membuat braku terasa sesak juga vaginaku yang terasa mengeluarkan cairan. Akupun semakin tidak bisa menahan nafsuku yang sudah memuncak lalu aku semakin mempercepat kulumanku sehingga membuat penis sopirku licin karena liurku.

Di saat aku sedang keenakkan melakukan kuluman di penis sopirku tiba-tiba aku terkejut oleh teriakan sopirku dan mencabut penisnya dari mulutku. Dia lalu berdiri dan memarahi aku, dia merasa bersalah pada orang tuaku karena membiarkan aku melakukan hal ini, akupun tidak mau menyerah begitu saja dan karena aku tidak bisa menahan nafsuku lagi yang seperti mau meledak akupun mengancam sopirku dengan mengatakan pada ayahku bahwa aku telah diperkosa sopirku juga akan mengatakan pada istrinya kalau tidak mau melayani kenginanku. Dia ketakutan dan menyerah padaku, akupun tidak menyia-nyiakannya langsung saja aku melepas sarungnya dan aku jongkok didepannya. Kulihat wajah sopirku terlihat wajahnya menampakkan kesedihan tetapi aku tidak mempedulikannya.

Aku tidak peduli bagaimana perasaan sopirku, aku hanya ingin kenikmatan seperti yang telah temanku rasakan. Aku ingin membuat dia agresif terhadapku dan melupakan istrinya sesaat, karena keinginanku itu aku mulai melakukan rangsangan terhadapnya.

Kukulum lagi penisnya yang telah lemas tanpa canggung dan takut lagi pada sopirku, kupercepat kulumanku sehingga membuat penisnya kembali berdiri. Aku sangat menikmati penis.

“Ehhmm.. Enak.. Ehmm” dan aku merasa bahagia karena membuat dia mulai terangsang yang mulai menunjukkan ke agresifannya.

Sopirku mendesis menikmati kulumanku. “Ough.. Terus.. Cepat.. Ouh Fitri”

Hanya itu saja kata yang keluar dari mulutnya akupun semakin bersemangat dan semakin mempercepat kulumanku.

Hingga beberapa kuluman penisnya terasa semakin membesar dan menegang juga disertai denyutan dan dia pun memegang kepalaku juga memcambak rambutku dengan kasar dia semakin memaju mundurkan kepalaku dan akupun semakin bersemangat karena aku tahu dia akan sampai.

“Ouhh.. Ouuhh aku sampai aku sampai Fitri ough” dan keluarlah spermanya ke mulutku hingga mulutku tidak muat untuk menampungnya.


Spermanya terasa hangat, asin, dan baunya membuat diriku ingin memuntahkan sperma itu dari mulutku tetapi dia menarik kepalaku lalu mencium aku. Ciumannya yang sangat bersemangat kepadaku membuat aku terpakasa untuk menelan spermanya untuk mengimbangi permainan bibir itu.
Aku merasa kerepotan untuk mengimbanginya karena baru kali ini aku dicium oleh cowok, dia terus mencium aku dan tangannya mulai menyelinap masuk ke kaosku. Tangannya menuju ke payudaraku, dia meremas-remasnya sehingga membuat nafasku semakin memburu yang disertai degupan jantung yang cepat. Dia semakin agresif dengan membuka kaos ketatku, rok, bra serta celana dalamku.

Terbukalah sudah apa yang selama ini aku tutupi, aku merasa risih karena baru kali ini aku telanjang dihadapan cowok sehinnga tangankupun secara spontan menutup vaginaku juga payudaraku. Tetapi karena nafsuku yang semakin memuncak maka aku biarkan tubuhku telanjang dan akupun dengan agresif melucuti kaosnya.

Sekarang kita benar-benar telanjang bulat, kita saling berhimpitan sehingga penis yang telah mengacung itu menempel pada vaginaku. Aku ingin sekali merasakan penis itu masuk ke vaginaku dan aku telah mencoba memasukannya tetapi tidak bisa, dengan terpaksa aku hanya mengesekkan penisnya ke vaginaku dan itu membuat aku semakin bernafsu.

Setelah dia puas mencium aku dia menurunkan kepalanya menuju kaki, dia menciumi kakiku sampai ke vaginaku. Dia menjilati vaginaku, menyedot vaginaku dan juga memberikan gigitan kecil pada vaginaku sehingga membuat aku tak bisa menahan getaran tubuhku.

Semakin dia mempercepat jilatannya semakin keras pula erangan serta desissan yang keluar dari mulutku.

Tanganku berpegangan pada kepalanya dan akupun menekan kepalanya serta mengangkat salah satu kakiku kepundaknya agar bisa semakin masuk ke vaginaku, jilatan dia membuat aku tak bisa lagi menahan tubuhku sendiri. Tubuhku melengkung ke belakang dan kepalaku medongak keatas yang disertai keringat yang semakin mengucur deras.

“Auhh.. Ouhh..”

Dia terus menjilati vaginaku sehingga membuat aku semakin tidak tahan “Ough.. Yes.. Ouugh.. Aku keluar” dan akupun mengalami orgasmeku yang pertama, aku merasa kenikmatan yang luar biasa karena baru kali ini kali mengalami orgasme bersama cowok

Sopirku menghisap-hisap vaginaku hingga terasa kering, nafasku yang tadinya memburu sekarang sudah mulai reda. Aku yang telah mengalami orgasme terasa badanku lemas tetapi sopirku masih saja semangat, dia mengendongku ke tempat tidur dan menjatuhkanku.

Dia bermain di payudaraku yang berukuran sedang putih bersih kemerahan, sopirku mengulum, menyedot, meremas dan juga menggigit-gigit payudaraku. Permainan mulutnya sanggup menaikkan kembali nafsuku, sopirku sangat menikmati payudaraku dan dia selalu memuji payudaraku yang kenyal dan kencang itu.

Aku yang ingin kembali menikmati penis sopirku segera aku menggulingkan sopirku disampingku, aku menindihnya dengan vaginaku menghadap ke muka sopirku dan kita pun saling melakukan rangsangan. Aku kembali mengulum penisnya sedangkan dia menjilati vaginaku.

Permainan lidahnya yang liar di vaginaku membuat tak kuasa menahan nafsuku yang mau meledak dan dengan segera akupun minta untuk memasukkan penisnya ke vaginaku dan diapun mengijinkannya.

Aku membalikkan badan dan sekarang penis itu tepat di bawah vaginaku, aku memegang penis itu dan mengarahkannya ke vaginaku tetapi aku tidak bisa memasukkannya terasa sulit walaupun vaginaku telah basah.

Penis sopirku seperti tidak mau masuk penisnya selalu ke kanan atau ke kiri. Sopirku pun membantuku, dia memegang penisnya sedangkan tangan satunya menuju vaginaku dan memasukkan jarinya ke vaginaku, akupun terkaget dan berteriak “Ouhh”.

Jarinya maju mundur dan seperti mengaduk vaginaku, sopirkupun mengeluarkan jarinya lalu mencoba memasukkan penisnya ke vaginaku.

Secara mengejutkan penis itu masuk dengan mudah, aku terkaget merasakannya lalu berteriak “Auhh.. Ough..”

Dan mataku melotot serta kepalaku mendongak ke atas. Vaginaku terasa penuh dan disertai rasa nyeri yang sangat hebat tetapi sopirku duduk menghiburku dengan menciumku.

Dia menyuruhku naik turun tetapi itu sulit bagiku karena baru yang pertama aku melakukannya, aku mencoba naik turun rasanya nikmat sekali merasakan dua alat kelamin bergesekan tetapi tetap rasa nyeri tetap ada.

Akhirnya akupun lancar menaik-turunkan, melihat itu sopirku semangat dia mulai meremas payudaraku dan mulai melakukan gerakan juga. Lama-kelamaan rasa nyeri itu berubah menjadi rasa nikmat tiada duanya dengan cepat aku menaik turunkan. Gesekan itu sangat nikmat Mayambah lagi remasan sopirku di payudaraku.

“Uhh.. Aauhh.. Oouughh” aku terus mendesis.

Malam yang sunyi kembali berisik oleh bunyi kocokan serta teriakanku, kulihat sopirku sekali memejamkan mata menikmati kocokanku. Hingga beberapa lama kita tetap pada posisi itu dan akupun merasakan sesuatu yang mau meledak di vaginaku.

“Ouhh.. Ouughh.. Aku sampai” akupun merasakan orgasme yang kedua kali.

Tenaga yang habis membuat aku tidak dapat menahan tubuhku dan akupun rubuh diatas sopirku. Dengan penis yang masih menancap di vaginaku sopirku membalikkanku hingga dia berada diatas, dia kembali mengocok vaginaku yang telah kelelahan dengan semangat yang masih memburu diapun ingin mengalami orgasme maka akupun melayani dia walaupun tenagaku sudah habis.

Sopirku merasa tidak puas dengan posisi dia diatas dan dia meminta aku untuk duduk dipangkuannya dan dia dengan semangat kembali mengocok. Aku yang sudah lemas masih mencoba mengimbagi kocokannya, aku mencoba memaju-mundurkan pantatku walaupun sudah lemas.

Dia semakin semangat untuk mengocokku dengan buas dia juga menggigit payudaraku dan itu sangat membuat diriku kembali terangsang. “Oouuh.. Ouuhh.. Uuhh”

Akupun di buat tidak berdaya dan lagi-lagi aku dibuat orgasme untuk ketiga kalinya. “Uuhh.. Ouugh.. Kau hebat Yudha.. Ouugh”.

Dengan orgasmeku yang ketiga tubuhku semakin lemas tak berdaya, posisi kami tetap duduk dan aku terus saja memuji dia “Kau hebat Dika” kataku.

Sopirku menyuruhku untuk menungging dengan lemas dan antara sadar dan tidak aku masih menurutinya. Dia masih tidak bosan mengerjai vaginaku. Dia masih dengan semangat tetap mengocok serta meremas payudaraku dan kadang-kadang meremas pantat ku. Jarinya juga masuk ke anusku.

“Ouugh.. Ougghh.. Ougghh” kataku semakin menikmati, dengan kasar dia mengocok vaginaku dan juga anusku. Dengan kocokan dari anus dan vagina tubuhku semakin tak karuan dibuatnya.

“Ouuhh.. Ougghh.. Terus Yudha”

Tak berselang lama aku merasakan lagi orgasme yang ke empat.

“Oouuhh.. Kau hebat.. Oughh.. Aku aku dapat ough..”

Dan dia pun mengikuti mengalami klimaks dengan sperma yang masih banyak. Semprotan spermanya membuat mataku terbelalak dan aku pun merasakan kenikmatan, spermanya tidak dapat tertampung di vaginaku sehingga jatuh ke sprei.

Kitapun terjatuh bersamaan di tempat tidur, sopirku berada disampingku dan dia masih mencium serta meremas pantat dan payudaraku. Setelah nafasku mulai reda akupun langsung keluar dari kamarnya dengan masih telanjang dan berjalan dengan gontai, sopirku pun tertidur lagi.

Begitulahku bersama sopirku yang baru aku alami sekitar 20 Agustus 2019. Aku tidak kecewa walaupun keperawananku telah hilang tetapi aku senang mendapat pengalaman yang berharga

Sabtu, 25 April 2020

Ku Setubuhi Pembantuku Yang Lugu

Ku Setubuhi Pembantuku Yang Lugu


Aku adalah seorang ayah dari 2 orang anak lelaki yang berusia 9 dan 4 tahun. Isteriku bekerja sebagai Manager di suatu prusahaan swasta. Kehidupan rumah tanggaku harmonis dan bahagia, kehidupan seks-ku dengan isteriku tidak ada hambatan sama sekali. Kami memiliki seorang pembantu, Yuli namanya, berumur kurang lebih 23 tahun, belum kawin dan masih lugu karena kami dapatkan langsung dari desanya di Jawa Timur. Wajahnya biasa saja, tidak cantik juga tidak jelek, kulitnya bersih dan putih terawat, badannya kecil, tinggi kira-kira 157 cm, tidak gemuk tapi sangat ideal dengan postur tubuhnya, buah dadanya lumayan besar

Cerita ini terjadi pada tahun 1999, berawal ketika aku pulang kantor kurang lebih pukul 14:00, jauh lebih cepat dari biasanya yang pukul 19:00. Anakku biasanya pulang dengan ibunya pukul 18:30, dari rumah neneknya. Seperti biasanya, aku langsung mengganti celanaku dengan sarung kegemaranku yang tipis tapi adem, tanpa celana dalam. Pada saat aku keluar kamar, nampak Yuli sedang menyiapkan minuman untukku, segelas besar es teh manis.

Pada saat dia akan memberikan padaku, tiba-tiba dia tersandung karpet di depan sofa di mana aku duduk sambil membaca koran, gelas terlempar ke tempatku, dan dia terjerembab tepat di pangkuanku, kepalanya membentur keras kemaluanku yang hanya bersarung tipis. Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang sudah basah kuyup tersiram es teh manis, dia bangun membersihkan gelas yang jatuh sambil memohon maaf yang tidak henti-hentinya.

Semula aku akan marah, namun melihat wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, sambil aku memegangi kemaluanku aku berkata, “Sudahlah nggak pa-pa, cuman iniku jadi pegel”, sambil menunjuk kemaluanku.
“Yuli harus gimana Pak?” tanyanya lugu.
Aku berdiri sambil berganti kaos oblong, menyahut sambil iseng, “Ini musti diurut nih!”
“Ya, Pak nanti saya urut, tapi Yuli bersihin ini dulu Pak!” jawabnya.

BACA JUGAMenahan Nafsu Saat Bercinta

Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat itu kaget bercampur senang, karena mendengar jawaban pembantuku yang tidak disangka-sangka. Tidak lama kemudian dia mengetuk pintu, “Pak, Mana Pak yang harus Yuli urut..” Aku langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dengan kemaluanku yang masih lemas menggelantung. Sum menghampiri pinggir tempat tidur dan duduk.
“Pake, rhemason apa balsem Pak?” tanyanya.
“Jangan.. pake tangan aja, ntar bisa panas!” jawabku.

Lalu dia meraih batang kemaluanku perlahan-lahan, sekonyong-konyong kemaluanku bergerak tegang, ketika dia menggenggamnya.

“Pak, kok jadi besar?” tanyanya kaget.
“Wah itu bengkaknya mesti cepet-cepet diurut. Kasih ludahmu aja biar nggak seret”, kataku sedikit tegang.
Dengan tenang wajahnya mendekati kemaluanku, diludahinya ujung kemaluanku.
“Ah.. kurang banyak”, bisikku bernafsu.
Kemudian kuangkat pantatku, sampai ujung kemaluanku menyentuh bibirnya, “Dimasukin aja ke mulutmu, biar nggak cape ngurut, dan cepet keluar yang bikin bengkak!” perintahku seenaknya.

Perlahan dia memasukkan kemaluanku, kepalanya kutuntun naik turun, awalnya kemaluanku kena giginya terus, tapi lama-lama mungkin dia terbiasa dengan irama dan tusukanku. Aku merasa nikmat sekali. “Akh.. uh.. uh.. hah..” Kulumannya semakin nikmat, ketika aku mau keluar aku bilang kepadanya, “Yul nanti kalau aku keluar, jangan dimuntahin ya, telan aja, sebab itu obat buat kesehatan, bagus sekali buat kamu”, bisikku. “Hepp.. ehm.. Hhm”, jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum naik turun.

Akhirnya kumuncratkan semua air maniku. “Akh.. akh.. akh.. Yul.. Yum.. enakhh..” Pada saat aku menyemprotkan air maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis merasakan cairan asing membasahi kerongkongannya, hanya aku saja yang membimbing kepalanya agar tetap tidak melepas kulumannya.

Setelah aku lemas baru dia melepaskan kulumannya, “Udah Pak?, apa masih sakit Pak?” tanyanya lugu, dengan wajah yang memelas, bibirnya yang basah memerah, dan sedikit berkeringat. Aku tertegun memandang Yyl yang begitu menggairahkan saat itu, aku duduk menghampirinya, “Yul kamu capek ya, apa kamu mau tahu kalau kamu diurut juga kamu bisa seger kayak Bapak sekarang!”


“Nggak Pak, saya nggak capek, apa bener sih Pak kalo diurut kayak tadi, bisa bikin seger? tanyanya semakin penasaran. Aku hanya menjawab dengan anggukan dan sambil meraih pundaknya kucium keningnya, lalu turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta juga tidak membalas. Aku merasakan keringat dinginnya mulai keluar, ketika aku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak hingga tinggal celana dalam dan Bh-nya saja.

Tiba-tiba dia berkata, “Pak, Yul malu Pak, nanti kalo Ibu dateng gimana Pak?” tanyanya takut.
“Lho Ibu kan baru nanti jam enam, sekarang baru jam tiga, jadi kita masih bisa bikin seger badan”, jawabku penuh nafsu. Lalu semua kubuka tanpa penutup, begitu juga aku, kemaluanku sudah mulai berdiri lagi. Dia kurebahkan di tepi tempat tidur, lalu aku berjongkok di depan dengkulnya yang masih tertutup rapat, “Buka pelan-pelan ya, nggak pa-pa kok, aku cuma mau urut punya kamu”, kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka pangkal pahanya, putih, bersih dan sangat sedikit bulunya yang mengitari liang kewanitaannya, cenderung botak.

Dengan ketidaksabaranku, aku langsung menjilat bibir luar kewanitaannya pembantu lugu korban seks majikan, tanpa ampun aku jilat, sesekali aku sodokkan lidahku ke dalam, “Akh.. Pak geli.. akh.. akuhhfh..” Klitorisnya basah mengkilat, berwarna merah jambu. Aku hisap, hanya kira-kira 5 menit kulumat liang kewanitaannya, lalu dia berteriak sambil menggeliat dan menjepit kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam. “Akh.. akh.. uahh..” teriakan panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang kewanitaannya yang langsung kujilati sampai bersih.

“Gimana Yul, enak?” tanyaku nakal. Dia mengangguk sambil menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut. “Nah sekarang, kalau kamu sudah ngerti enak, kita coba lagi ya, kamu nggak usah takut!”. Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai memberikan reaksi, kuraba buah dadanya yang kecil, lalu kuhisap-hisap puting susunya, dia menggelinjang, lama kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan mulai memberikan reaksi untuk membalas cumbuanku, kemaluanku sudah tegang.
ngentot memek perawan pembantu ku yang seksi

Kemudian kuraba liang kewanitaannya yang ternyata sudah berlendir dan basah, kesempatan ini tidak kusia-siakan, kutancapkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya, dia berteriak kecil, “Aauu.. sakit Pak!”. Lalu dengan perlahan kutusukkan lagi, sempit memang, “Akhh.. uuf sakit Pak..”. Melihat wajahnya yang hanya meringis dengan bibir basah, kuteruskan tusukanku sambil berkata, “Ini nggak akan lama sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya jangan dirasain..” tanpa menunggu reaksinya kutancapkan kemaluanku, meskipun dia meronta kesakitan, pada saat kemaluanku terbenam di dalam liang surganya kulihat matanya berair (mungkin menangis) tapi aku sudah tidak memikirkannya lagi, aku mulai mengayunkan semua nafsuku untuk si Sum.

Hanya sekitar 7 menit dia tidak memberikan reaksi, namun setelah itu aku merasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya, kehangatan cairan liang kewanitaannya dan erangan kecil dari bibirnya. Aku tahu dia akan mencapai klimaks, ketika dia mulai menggoyangkan pantatnya, seolah membantu kemaluanku memompa tubuhnya. Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat leherku, kakinya menjepit pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit sambil mengerang, “Pak.. Pak terus.. Pak.. Yul.. Yull..Yul.. daapet enaakhh Pak.. ahh..” mendengar erangan seperti itu aku makin bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan.. “Sum.. akh.. akh.. akh..” kusemprotkan semua maniku dalam liang kewanitaannya, sambil kupandangi wajahnya yang lemas. Aku lemas, dia pun lemas.

“Yul aku nikmat sekali, habis ini kamu mandi ya, terus beresin tempat tidur ini ya!”, suruhku di tengah kenikmatan yang kurasakan.

“Ya Pak”, jawabnya singkat sambil mengenakan pakaiannya kembali.
Ketika dia mau keluar kamar untuk mandi dia berbalik dan bertanya, “Pak.. kalo pulang siang kayak gini telpon dulu ya Pak, biar Yul bisa mandi dulu, terus bisa ngurutin Bapak lagi”, lalu ngeloyor keluar kamar, aku masih tertegun dengan omongannya barusan, sambil menoleh ke sprei yang terdapat bercak darah perawan Sum.

Saat ini Sum masih bekerja di rumahku, setiap 2 hari menjelang menstruasi (datang bulannya sangat teratur), aku pulang lebih awal untuk berhubungan dengan pembantuku, namun hampir setiap hari di pagi hari kurang lebih pukul 5, kemaluanku selalu dikulumnya saat dia mencuci di ruang cuci, pada saat itu isteriku dan anak-anakku belum bangun.

Selasa, 21 April 2020

Bercinta Dengan Terapis Cantik


Sex DenganTerapis Cantik 



Jakarta yang panas membuatku kegerahan di atas angkot. Kantorku tidak lama lagi kelihatan di kelokan depan, kurang lebih 100 meter lagi. Tetapi aku masih betah di atas mobil ini. Angin menerobos dari jendela. Masih ada waktu bebas dua jam. Kerjaan hari ini sudah kugarap semalam. Daripada suntuk diam di rumah, tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang masih menumpuk. Kerjaan yang menumpuk sama merangsangnya dengan seorang wanita dewasa yang keringatan di lehernya, yang aroma tubuhnya tercium. Aroma asli seorang wanita. Baunya memang agak lain, tetapi mampu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yang belum pernah ia rasakan.

Dik.., jangan dibuka lebar. Saya bisa masuk angin. kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan.
Aku tersentak. Masih melongo.
Itu jendelanya dirapetin dikit.., katanya lagi.
Ini..? kataku.
Ya itu.
Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih. Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang. Napasnya tersengal. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekadar untuk dapat secuil tempat duduk.

Terima kasih, ujarnya ringan.
Aku sebetulnya ingin ada sesuatu yang bisa diomongkan lagi, sehingga tidak perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yang terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.

Saya juga tidak suka angin kencang-kencang. Tapi saya gerah. meloncat begitu saja kata-kata itu.
Aku belum pernah berani bicara begini, di angkot dengan seorang wanita, separuh baya lagi. Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yang membasahi leher, pasti karena aku terlalu terbuai lamunan. Ia malah melengos. Sial. Lalu asyik membuka tabloid. Sial. Aku tidak dapat lagi memandanginya.

Kantorku sudah terlewat. Aku masih di atas angkot. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Masih menutupi diri dengan tabloid. Tidak lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Aku perhatikan ia sejak bangkit hingga turun. Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Ia tersenyum. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Ia kerja di sana? Atau mau gunting? Creambath? Atau apalah? Matanya dikerlingkan, bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot. Sial. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.


Bang, Bang kiri Bang..!
Semua penumpang menoleh ke arahku. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka?
Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek, sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.
Aku membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Satu dua, satu dua. Yes.., akhirnya. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Apa katanya nanti? Apa yang aku harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa? Mendadak jari tanganku dingin semua. Wajahku merah padam. Lho, salon kan tempat umum. Semua orang bebas masuk asal punya uang. Bodoh amat. Come on lets go! Langkahku semangat lagi. Pintu salon kubuka.

Selamat siang Mas, kata seorang penjaga salon, Potong, creambath, facial atau massage (pijit)..?
Massage, boleh. ujarku sekenanya.
Aku dibimbing ke sebuah ruangan. Ada sekat-sekat, tidak tertutup sepenuhnya. Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku. Ke mana ia? Atau jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Ah. Shit! Aku tertipu. Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke alam lain.

Dulu aku paling anti masuk salon. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Ah.., wanita yang lehernya berkeringat itu begitu besar mengubah keberanianku.
Buka bajunya, celananya juga, ujar wanita tadi manja menggoda, Nih pake celana ini..!
Aku disodorkan celana pantai tapi lebih pendek lagi. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Garis setrikaannya masih terlihat. Aku menurut saja. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Sekenanya saja kubuka halaman majalah.

Tunggu ya..! ujar wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku.
Mbak Winny.., udah ada pasien tuh, ujarnya dari ruang sebelah. Aku jelas mendengarnya dari sini.
Kembali ruangan sepi. Hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang ditanam di langit-langit ruangan.

Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletak pletok pletok. Makin lama makin jelas. Dadaku mulai berdegup lagi. Wajahku mulai panas. Jari tangan mulai dingin. Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.
Halo..! suara itu mengagetkanku. Hah..? Suara itu lagi. Suara yang kukenal, itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot. Dadaku berguncang. Haruskah kujawab sapaan itu? Oh.., aku hanya dapat menunduk, melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu. Betisnya mulus ditumbuhi bulu bulu halus. Aku masih ingat sepatunya tadi di angkot. Hitam. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.

Mau dipijat atau mau baca, ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, Ayo tengkurep..!
Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Aku tersetrum. Tangannya halus. Dingin. Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di atas kulit punggung. Lalu pijitan turun ke bawah. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Ia menekannekan agak kuat. Aku meringis menahan sensasasi yang waow..! Kini ia pindah ke paha, agak berani ia masuk sedikit ke selangkangan. Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis.

Balik badannya..! pintanya.
Aku membalikkan badanku. Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Pijitan turun ke perut. Aku tidak berani menatap wajahnya. Aku memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Ia tidak bercerita apa-apa. Aku pun segan memulai cerita. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuhan kulitnya. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. Dari perut turun ke paha. Ah.., selangkanganku disentuh lagi, diremas, lalu ia menjamah betisku, dan selesai.

Ia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Aku hanya ditinggali handuk kecil hangat. Kuusap sisa cream. Dan kubuka celana pantai. Astaga. Ada cairan putih di celana dalamku.

Di kantor, aku masih terbayang-bayang wanita yang di lehernya ada keringat. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Aku tidak tahan. Esoknya, dari rumah kuitung-itung waktu. Agar kejadian kemarin terulang. Jam berapa aku berangkat. Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Ah sial. Aku terlambat setengah jam. Padahal, wajah wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat sudah terbayang. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Selly. Bayar arisan. Tidak apalah hari ini tidak ketemu. Toh masih ada hari esok.

Aku bergegas naik angkot yang melintas. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Aku duduk di belakang, tempat favorit. Jendela kubuka. Mobil melaju. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.
Mas Rendy.. hah..? suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.
Aku tersenyum. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Tidak pasang wajah perangnya.

Kayak kemarinlah.., ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.
Begitu kebetulankah ini? Keberuntungankah? Atau kesialan, karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Atau jangan jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Paling tidak ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.

Mbak Winny.., gumamku dalam hati.
Perlu tidak ya kutegur? Lalu ngomong apa? Lha wong Mbak Winny menutupi wajahnya begitu. Itu artinya ia tidak mau diganggu. Mbak Winny sudah turun. Aku masih termangu. Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing. Dari atas: Turun. Ke bawah: Tidak. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tidak. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tidak. Ke bawah lagi: Hah habis kancingku habis. Mengapa kancing baju cuma tujuh?

Hah, aku ada ide: toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum cukup kancing Bapak-bapak di sebelahku juga bisa. Begini saja daripada repot-repot. Anggap saja tiaptiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Ah masa bodo. Pokoknya turun.

Kiri Bang..!
Aku lalu menuju salon. Alamak.., jauhnya. Aku lupa kelamaan menghitung kancing. Ya tidak apa apa, hitung-hitung olahraga. Hap. Hap.Mau pijit lagi..? ujar suara wanita muda yang kemarin menuntunku menuju ruang pijat.
Ya.
Lalu aku menuju ruang yang kemarin. Sekarang sudah lebih lancar. Aku tahu di mana ruangannya. Tidak perlu diantar. Wanita muda itu mengikuti di belakang. Kemudian menyerahkan celana pantai.

Mbak Winny, pasien menunggu, katanya.
Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Bicara apa? Ah apa saja. Masak tidak ada yang bisa dibicarakan. Suara pletak pletok mendekat.
Ayo tengkurap..! kata wanita setengah baya itu.
Aku tengkurap. Ia memulai pijitan. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.

Telentang..! katanya.
Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Paling tidak aku dapat melihat leher yang basah keringat karena kepayahan memijat. Ia cukup lama bermain-main di perut. Sesekali tangannya nakal menelusup ke bagian tepi celana dalam. Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Sekali. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Ia menyenggol kepala juniorku. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Lalu pindah ke pangkal paha. Ah mengapa begitu cepat.

Jarinya mengelus tiap mili pahaku. Si Junior sudah mengeras. Betul-betul keras. Aku masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi. Tetapi eh.., diam-diam ia mencuri pandang ke arah juniorku. Lama sekali ia memijati pangkal pahaku. Seakan sengaja memainkan Si Junior. Ketika Si Junior melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di bagian pangkal paha. Lalu ia memijat lutut. Si Junior melemah. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Ah sialan. Aku dipermainkan seperti anak bayi.

Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Aku duduk di tepi dipan. Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat. Bau tubuhnya tercium. Bau tubuh wanita setengah baya yang yang meleleh oleh keringat. Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu. Ia tersenyum ramah. Eh bisa juga wanita setengah baya ini ramah kepadaku.

Lalu ia membersihkan pahaku sebelah kiri, ke pangkal paha. Junior berdenyut-denyut. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Junior. Kini pindah ke paha sebelah kanan. Ia tepat berada di tengah-tengah. Aku tidak menjepit tubuhnya. Tapi kakiku saja yang seperti memagari tubuhnya. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini. Tetapi, bayangan itu terganggu. Terganggu wanita muda yang di ruang sebelah yang kadang-kadang tanpa tujuan jelas bolak-balik ke ruang pijat.

Dari jarak yang begitu dekat ini, aku jelas melihat wajahnya. Tidak terlalu ayu. Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek. Bibirnya sedang tidak terlalu sensual. Nafasnya tercium hidungku. Ah segar. Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang. Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. Ia terus mengelap pahaku. Dari jarak yang dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Tapi ia dingin sekali. Membuatku tidak berani. Ciut. Si Junior tiba-tiba juga ikut-ikutan ciut. Tetapi, aku harus berani. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.

Aku harus, harus, harus..! Apakah perlu menhitung kancing. Aku tidak berpakaian kini. Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aku kalah lawan kancing. Aku harus memulai. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Junior saat memijat perut. Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Kaki kusandarkan di tembok yang membuat ia bebas berlama-lama membersihkan bagian belakang pahaku. Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari. Inilah kesempatan itu. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Ayo. Tunggu apa lagi. Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Ayo..!

Aku masih diam saja. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Ah bodoh. Benarkan kesempatan itu lewat. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja. Badannya berbalik lalu melangkah. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.
Aku hanya mendengus. Membuang napas. Sudahlah. Masih ada esok. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Tetapi berlari. Bodoh, bodoh, bodoh. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Aku masih mematung. Duduk di tepi dipan. Kaki disandarkan di dinding. Ia tersenyum melihatku

Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan, katanya.
Ia mencari-cari. Di mana? Aku masih mematung. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti sapu-tangan.
Itu kali Mbak, kataku datar dan tanpa tekanan.
Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Ini kesempatan kedua. Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Apalagi yang dapat tertinggal? Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Ayo..!

Mbak.., pahaku masih sakit nih..! kataku memelas, ya sebagai alasan juga mengapa aku masih bertahan duduk di tepi dipan.
Ia berjongkok mengambil sapu tangan. Lalu memegang pahaku, Yang mana..?
Yes..! Aku berhasil. Ini.., kutunjuk pangkal pahaku.
Besok saja Sayang..! ujarnya.
Ia hanya mengelus tanpa tenaga. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.
Yang ini atau yang itu..? katanya menggoda, menunjuk Juniorku.

Darahku mendesir. Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang ditiup melembung. Keras sekali.
Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.
Ia berdiri. Lalu menyentuh Junior dengan sisi luar jari tangannya. Yes. Aku bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yang meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan. Ia menyentuhnya. Kali ini dengan telapak tangan. Tapi masih terhalang kain celana. Hangatnya, biar begitu, tetap terasa. Aku menggelepar.

Sst..! Jangan di sini..! katanya.
Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Lalu dikocok-kocok sebentar. Aku memegang teteknya. Bibirku melumat bibirnya.
Jangan di sini Sayang..! katanya manja lalu melepaskan sergapanku.
Masih sepi ini..! kataku makin berani.
Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Ia menikmati, tangannya mengocok Junior.

Besar ya..? ujarnya.
Aku makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengaengah, ia menikmati dengan mata terpejam.
Mbak Winny telepon.., suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.
Mbak Winny merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.
Ngapaian sih di situ..? katanya lagi seperti iri pada Winny.

Aku mengambil pakaianku. Baru saja aku memasang ikat pinggang, Winny menghampiriku sambil berkata, Telepon aku ya..!
Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya. Pasti terburu-buru. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Nampak ada perubahan besar pada Winny. Ia tidak lagi dingin dan ketus. Kalau saja, tidak keburu wanita yang menjaga telepon datang, ia sudah melumat Si Junior. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Untung ada tissue yang tercecer, sehingga ada alasan buat Winny.

Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.
Mbak Winny.., aku mau makan dulu. Jagain sebentar ya..!
Ya itulah kabar gembira, karena Winny lalu mengangguk.

Setelah mengunci salon, Winny kembali ke tempatku. Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yang datang, baru aku saja. Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. Winny datang. Kami seperti tidak ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai pergumulan.

Winny menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku menikmati kelincahan lidah wanita setengah baya yang tahu di mana titik-titik yang harus dituju. Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung. Bergantian Winny kini telentang

Pijit saya Mas..! katanya melenguh.
Kujilati payudaranya, ia melenguh. Lalu vaginanya, basah sekali. Ia membuncah ketika aku melumat klitorisnya. Lalu mengangkang.
Aku sudah tak tahan, ayo dong..! ujarnya merajuk.
Saat kusorongkan Junior menuju vaginanya, ia melenguh lagi.
Ah.. Sudah tiga tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Aku hanya main dengan tangan. Kadang-kadang ketimun. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku belum siap. Ya sekarang..! pintanya penuh manja.

Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Kring..! Aku mengurungkan niatku. Kring..!
Mbak Winny, telepon. kataku.
Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Aku mengikutinya. Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya.
Ya sekarang Sayang..! katanya.

Halo..? katanya sedikit terengah.
Oh ya. Ya nggak apa-apa, katanya menjawab telepon.
Siapa Mbak..? kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya.
Si Reni, yang tadi. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu, kata Winny.

Setelah beberapa lama menyodoknya, Terus dong Yang. Auhh aku mau keluar ah.., Yang tolloong..! dia mendesah keras.
Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.
Yang.., cepat-cepat berkemas. Sebantar lagi Mbak Mimi yang punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.
Aku langsung beres-beres dan pulang.


Kamis, 16 April 2020

Bercumbu Dengan Pacar Dihotel


Namaku adalah Kevin (bukan nama yang sebenarnya), dan aku kuliah di salah satu universitas swasta di Bandung, Aku berasal dari luar daerah dan aku tinggal di kost. Aku pun termasuk orang yang berada, serta sangat menjalankan keagamaan yang kuat. Apalagi untuk mencoba narkoba atau segala macam, tidak deh.

Kejadian ini bermula pada waktu kira-kira 4 bulan yang lalu. Tepatnya hari itu hari Selasa kira-kira jam 14:12, aku sendiri bingung hari itu beda sekali, karena hari itu terlihat mendung tapi tidak hujan-hujan. Teman satu kostan-ku mengatakan kepadaku bahwa nanti temanya anak SMU akan datang ke kost ini, kebetulan temanku itu anak sekolahan juga dan hanya dia yang anak SMU di kost tersebut.

Setelah lama menunggu akhirnya orang yang ditunggu datang juga, kemudian temanku langsung mengajaknya ke tempat kamarku yang berada di lantai atas. Akhirnya aku dikenali sama perempuan tersebut, sebut saja namanya Santi. Lama-lama kami ngobrol akhirnya baru aku sadari bahwa hari menjelang sore. Kami bertiga bersama dengan temanku nonton TV yang ada di kamarku. Lama-lama kemudian temanku pamitan mau pergi ke tempat temannya, katanya sih ada tugas.

Akhirnya singkat cerita kami berdua di tinggal berdua dengan Santi. Aku memang tergolong cowok yang keren, Tinggi 175 cm, dengan berat badan 62 kg, rambut gelombang tampang yang benar-benar cute, kata teman-teman sih. Santi hanya menatapku tanpa berkedip, akhirnya dia memberanikan diri untuk menggelitikku dan aku tidak tahu darimana dia mengetahui kelemahanku yang sangat vital itu kontan saja aku langsung kaget dan balik membalas serangan Santi yang terus menerus menggelitikiku. Lama kami bercanda-canda dan sambil tertawa, dan kemudian diam sejenak seperti ada yang lewat kami saling berpandang, kemudian tanpa kusadari Santi mencium bibirku dan aku hanya diam kaget bercampur bingung.

Akhirnya dilepaskannya lagi ciumannya yang ada di bibirku, aku pun heran kenapa sih nih anak? pikirku dalam hati. Santi pun kembali tidur-tiduran di kasur dan sambil menatapku dengan mata yang uih… entah aku tidak tahu mata itu seolah-olah ingin menerkamku. Akhirnya dia melumat kembali bibirku dan kali ini kubalas lumatan bibirnya dengan hisapan-hisapan kecil di bibir bawah dan atasnya. Lama kami berciuman dan terus tanpa kusadari pintu kamar belum tertutup, Santi pun memintaku agar menutup pintu kamarku, entah angin apa aku hanya nurut saja tanpa banyak protes untuk membantah kata-katanya.

Setelah aku menutup pintu kamar kost-ku Santi langsung memelukku dari belakang dan mencumbuku habis-habisan. Kemudian kurebahkan Santi di kasur dan kami saling berciuman mesra, aku memberanikan diri untuk menyentuh buah dadanya Santi yang kira-kira berukuran berapa ya…? 34 kali, aku tidak tahu jelas tapi sepertinya begitu deh, karena baru kali ini aku menuruni BH cewek. Dia mengenakan tengtop dan memakai sweater kecil berwarna hitam. Aku menurunkan tengtop-nya tanpa membuka kutangnya. Kulihat buah dada tersebut… uih sepertinya empuk benar, biasanya aku paling-paling lihat di BF dan sekarang itu benar-benar terjadi di depan mataku saat ini.

Tanpa pikir panjang, kusedot saja buah dada Santi yang kanan dan yang kirinya aku pelintir-pelintir seperti mencari gelombang radio. Santi hanya mendesah, “Aaahhh… aaahhh… uuhhh…”Aku tidak menghiraukan gelagat Santi yang sepertinya benar-benar sedang bernafsu tinggi. Kemudian aku pun kepingin membuka tali BH tengtop-nya. Kusuruh Santi untuk jongkok dan kemudian baru aku melihat ke belakang Santi, untuk mencari resliting kutangnya. Akhirnya ketemu juga dan gundukan payudara tersebut lebih mencuat lagi karena Santi yang baru duduk di bangku SMU kelas 2 dengan paras yang aduhai sehingga pergumulan ini bisa terjadi. Dengan rakusnya kembali kulumat dada Santi yang tampak kembali mengeras, perlahan-lahan ciumanku pun turun ke bawah ke perut Santi dan aku melihat celana hitam Santi yang belum terbuka dan dia hanya telanjang dada.

Aku memberanikan diri untuk menurunkan celana panjang Santi, dan Santi pun membantu dengan mengangkat kedua pinggulnya. Santi pun tertawa dan berkata, “Hayo tidak bisa dibuka, soalnya Santi mempunyai celana pendek yang berwarna hitam satu lagi…” ejek Santi sambil tersenyum girang.Aku pun dengan cueknya menurunkanya kembali celana tersebut, dan kali ini barulah kelihatan celana dalam yang berwarna cream dan dipinggir-pinggirnya seperti ada motif bunga-bunga, aku pun menurunkanya kembali celana dalam milik Santi dan tampaklah kali ini Santi dalam keadaanbugil tanpa mengenakan apapun. Barulah aku melihat pemandangan yang benar-benar terjadi karena selama ini aku hanya berani berilusi dan nonton tidak pernah berbuat yang sebenarnya.

Cara Cepat Menang Judi DominoQQ


Aku pandangi dengan seksama kemaluan Santi dengan seksama yang sudah ditumbuhi bebuluan yang kira-kira panjangnya hanya 2 cm tapi sedikit, ingin rasanya mencium dan mengetahui aroma kemaluan Santi. Aku pun mencoba mencium perut Santi dan pusarnya perlahan tapi pasti, ketika hampir mengenai sasaran kemaluannya Santi pun menghindari dan mengatakan, “Jangan dicium memeknya akh.. geliii…” Santi mengatakan sambil menutup rapat kedua selangkangannya.

ah, mau bagaimana lagi, langsung saja kutindih Santi, kucium-cium sambil tangan kiriku memegang kemaluan Santi dan berusaha memasukkanya ke dalam selangkangan Santi. Eh, Santi berontak iiihhh… ge.. li..” ujar Santi. Tahu-tahu Santi mendorong badanku dan terbaliklah keadaan sekarang, aku yang tadinya berada di atas kini berubah dan berganti aku yang berada di bawah, kuat sekali dorongan perempuan yang berbobot kira-kira 45 kg dengan tinggi 160 cm ini, pikirku dalam hati. “Eh… buka dong bajunya! masak sih Santi doang yang bugil Kevinnya tidak…?” ujar Santi sambil mencopotkanbaju kaos yang kukenakan dan aku lagi-lagi hanya diam dan menuruti apa yang Santi inginkan.
Setelah membuka baju kaosku, tangan kanan Santi masuk ke dalam celana pendekku dan bibirnya sambil melumat bibirku. Gila pikirku dalam hati, nih cewek kayaknya sdah berpengalaman dan dia lebih berpengalaman dariku. Perlahan-lahan Santi mulai menurunkan celana pendekku dan muncullah kemaluanku yang besarnya minta ampun (kira-kira 22 cm). Dan Santi berdecak kagum dengan kejantananku, tanpa basa-basi Santi memegangnya dan membimbingnya untuk masuk ke dalam liang senggama miliknya Santi, langsung saja kutepis dan tidak jadi barang tersebut masuk ke lubang kemaluan Santi. “Eh, jangan dong kalau buat yang satu ini, soalnya gue belum pernah ngelakuinnya…” ujarku polos. “Ngapain kita udah bugil gini kalau kita tidak ngapa-ngapain, mendingan tadi kita tidak usah buka pakaian segala,” ujar Santi dengan nada tinggi.

Akhirnya aku diam dan aku hanya menempelkan kemaluanku di permukaan kemaluan Santi tanpa memasukkanya. “Begini aja ya…?” ujarku dengan nada polos. Santi hanya mengangguk dan begitu terasanya kemaluanku bergesek di bibir kemaluan Santi tanpa dimasukkan ke dalam lubang vaginanya milik Santi, aku hanya memegang kedua buah pantat Santi yang montok dan secara sembunyi-sembunyiaku menyentuh bibir kemaluan Santi, lama kami hanya bergesekan dan tanpa kusadari akhirnya kemaluanku masuk di dalam kemaluan Santi dan Santi terus-terusan menggoyang pantatnya naik-turun.Aku kaget dan bercampur dengan ketakutan yang luar bisa, karena keperawanan dalam hal ML yang aku jaga selama ini akhirnya hilang gara-gara anak SMU. Padahal sebelum-sebelumnya sudah ada yang mau menawari juga dan dia masih perawan lebih cantik lagi aku tolak dan sekarang hanya dengan anak SMU perjakaku hilang.

Lama aku berpikir dan sedangkan Santi hanya naik-turun menggoyangkan pentatnya semenjak aku melamun tadi, mungkin dia tersenyum puas melihat apa yang baru dia lakukan terhadapku. Yach, kepalang tanggung sudah masuk, lagi nasi sudah jadi bubur akhirnya kugenjot juga pantatku naik-turun secara berlawanan dengan yang dilakukan Santi, dan bunyilah suara yang memecahkan keheningan, “Cplok.. cplok… cplok…” Santi mendesah kenikmatan karena kocokanku yang kuat dilubang vaginanya. Lama kami berada di posisi tersebut, yaitu aku di bawah dan dia di atas.akhirnya aku mencoba mendesak Santi agar dia mau mengganti posisi, tapi dorongan tangannya yang kuat membatalkan niatku, tapi masa sih aku kalah sama cewek, pikirku. Kudorong ia dengan sekuat tenagaku dan akhirnya kami berada di posisi duduk dan kemaluanku tetap berdiri kokoh tanpa dilepas. Santi tanpa diperintah menggerakkan sendiri pantatnya, dan memang enak yah gituan, pikirku dalam hati. Tapi sayang tidak perawan.

Akhirnya kudorong lagi Santi agar dia tiduran telentang dan aku ingin sekali melihat kemaluanku yang besar membelah selangkangan kemaluan Santi, makanya aku sambil memegang batang kemaluanku menempelkannya di lubang kemaluan Santi dan “Bless…” amblaslah semuanya. Kutekan dengan semangat “45″ tentunya karena nasi sudah hancur. Kepalang tanggung biarlah kuterima dosa ini, pikirku. Dengan ganasnya dan cepat kuhentakkan kemaluanku keras-keras di lubang kemaluan Santi dan kembali bunyi itu menerawang di ruangan tersebut karena ternyata lubang kemaluan Santi telah banjir dengan air pelumasnya disana, aku tidak tahu pasti apakah itu spermanya Santi, apakah hanya pelumasnya saja? dan Santi berkata,

“Loe.. udah keluar ya…?” ujarnya.
“Sembarangan gue belom keluar dari tadi..?” ujarku dengan nada ketus.
Karena kupikir dia mengejekku karena mentang-mentang aku baru pertama kali beginian seenaknya saja dia menyangka aku keluar duluan. Akhirnya lama aku mencumbui Santi dan aku ingin segera mencapai puncaknya.

Dengan cepat kukeluarkan kemaluanku dari lubang kemaluannya dan kukeluarkan spermaku yang ada diperutnya Santi, karena aku takut kalau aku keluarkan di dalam vaginanya aku pikir dia akan hamil,kan berabe. Aku baru sekali gituan sama orang yang yang tidak perawan malah disuruh tanggung jawab lagi. Gimana kuliahku! Santi tersenyum dengan puas atas kemenangannya menggodaku untuk berbuat tidak senonoh terhadapnya. Huu, dasar nasib, dan semenjak saat itu aku sudah mulai menghilangkan kebiasaaan burukku yaitu onani, dan aku tidak mau lagi mengulang perbuatan tersebut karena sebenarnya aku hanya mau menyerahkannya untuk istriku seorang. Aku baru berusia 21 tahun saat ini. Aku nantikan keritik dan saran dengan apa yang terjadi denganku saat inidan itu membuatku shock.